Prasasti Plumpungan
By https://pariwisatakotasalatiga.blogspot.com/ - Agustus 20, 2018
Alamat : Jl. Kauman Kidul, Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah
50712
Jam Operasional
: Buka Setiap hari
Tarif : Gratis
Sejarah Salatiga di mulai dari Prasasti
Plumpungan, sebuah batu dengan ukuran 170×150cm dengan diameter 5m. Di
permukaan batu tersebut tertulis sebuah ketetapan hukum tentang status tanah
perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Status tersebut penting artinya
karena daerah perdikan bebas pajak dan memiliki kekhususan tertentu. Prasasti
yang ditulis dengan huruf jawa kuno dengan bahasa sansekerta tertera “Srir Astu
Swasti Prajabhyah”, yang artinya: “Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian”,
ditulis pada hari Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi. Penamaan Kota
kecil ini dengan Salatiga, tak lepas dari peran Ki Ageng Pandanaran II yang
waktu itu menjabat sebagai Bupati Semarang. Dikisahakan Ki Pandanarang
mengundurkan diri dari jabatannya dan mengasingkan diri menuju selatan. Saat
sampai di daerah perdikan, Ki Pandanarang II berserta keluarganya di rampok
oleh 3 orang. 3 perampok akhirnya dapat dikalahkan dan menjadi pengikutnya, dan
dari kejadian tersebut dinamailan Salatiga yang berasal dari Salat tiga. Kata
Salat Tiga dari kisah “Kangmas, Tulung! Wonten Tyang, salat telu! Kangmas,
tolong! Ada Tiga orangutan penyamun”. Versi lain mengatakan Saltiga berasa dari
kata Sela/Selo (batu) dan Tigo (tiga). 3 batu tersebut dari sebuah candi yang
menurut legenda terletak di samping aliran sungai Kali Taman, Benoyo.
![]() |
Photo by : DIV Dha Ve @rt4sehati.wordpress.com |
![]() |
Photo by : Sasadara Manjer |
0 komentar